MajalahKebaya.com, Jakarta – Prestasi dan karier besar yang pernah ditoreh untuk mengharumkan nama keluarga, teman dan negara, menjadi bukti kesuksesan bagi seorang Febby Angguni, SE. Perjalanan panjang Sarjana Ekonomi Manajemen Bisnis ini sebagai seorang atlet pebulutangkis bukanlah hal sederhana. Peluh, tenaga dan air mata menjadi saksi ketika ia harus berusaha dan berjuang demi sebuah pencapaian. Belum lagi kehidupan pribadi yang tidak berjalan mulus, membuat pribadi Febby, biasa ia akrab disapa, terbentuk menjadi tangguh dan pantang menyerah.
Karier bulutangkis kelahiran Bandung, 8 Juli ini, dibangun sejak ia berusia 7 tahun. Ia sudah mulai memegang raket, tetapi baru masuk club bulutangkis ketika berusia 8 tahun. Febby kecil pernah merantau ke Gudang Garam, Surabaya. Setelah ia menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar, Febby mendapatkan beasiswa untuk bergabung di club bergengsi PB Djarum. Selanjutnya ia mendapatkan kehormatan untuk bergabung di tim nasional. Menjadi bagian dari Pelatnas Cipayung, Febby mendapatkan kesempatan untuk tampil di turnamen internasional. Di usia 17 tahun, ia berhasil meraih gelar pertama di level dewasa, Malaysia International Challenge 2008.
“Kebetulan saya termasuk atlet bulutangkis termuda. Saya masuk tim nasional waktu berusia empat tahun. Tiga tahun di nasional team akhirnya saya balik lagi ke Djarum dan tetap di-support untuk pertandingan internasional. Kalau tidak salah tahun 2012/2013, saya mengundurkan diri dari Djarum karena pada saat itu saya memutuskan untuk mengambil jalur profesional, dan saya mendapatkan tawaran dari perusahaan Tjakrindo Surabaya dan dikontrak selama dua tahun.”
Setelah kontrak selesai selama dua tahun, Febby sempat wara wiri di Liga Eropa. Ia juga langsung mendapatkan kontrak dengan Pertamina selama 1 tahun. Febby memiliki catatan prestasi yang sangat baik. Ia sukses meraih enam gelar di turnamen Auckland International, 2009, Kharkiv International 2013, Belgian International 2013, India International 2013, USM Indonesia International 2014 dan Finnish International. Febby juga berhasil menjadi Runner-up di gelaran India International 2009, Iran Fajr International dan Finnish Open 2015.
Ketika semua pencapaian itu telah diraih, akhirnya Febby tiba pada titik jenuh. Ia memutuskan untuk menikah sambil melatih di tahun 2019. Namun sayangnya bahtera rumah tangga yang dibangun dengan cinta berakhir luka. Ia diselingkuhi oleh sang suami, bahkan ditinggal menikah lagi tanpa sepengetahuannya. Febby sempat kehilangan harapan dan depresi, tapi ia menyadari bahwa meratap dan menangis tidak akan menyelesaikan masalah.
“Setelah ada masalah yang viral di tiktok itu, saya pelarian lagi ke bulutangkis. Pada saat itu ada club dari Italia yang menawarkan untuk main liga Eropa. Dari sana, saya langsung mengambil karena pas banget momennya. Sebelumnya saya pernah mau dikontrak sama China. Mereka sudah melihat prestasi yang saya dapatkan dan sudah oke, tetapi mereka mempermasalahkan hijab. Akhirnya bulan Juni setelah selesai kontrak saya pulang ke Indonesia sekarang dan mulai fokus bisnis.”
Perempuan yang hobi traveling, menyanyi dan menari ini memutuskan untuk berhijab ketika hari-hari terakhir di bulan puasa ia pergi itikaf ke masjid dan merasa nyaman untuk memakai hijab. Awalnya ia belum full mengenakan hijab saat latihan bulutangkis, tetapi mulai mengubah kebiasaan dari mengenakan celana pendek diganti dengan legging untuk latihan. Begitu hati sudah siap, ia full berhijab sampai latihan.
Febby berpikir panjang bahwa kariernya di dunia bulutangkis tidak akan berjalan selamanya. Pasti ada masa di mana ia memutuskan untuk berhenti. Berangkat dari pemikiran tersebut, Febby berusaha menemukan peluang bisnis yang sesuai dengan passion. Ia melihat persaingan bisnis di sport hijab belum terlalu meroket, sehingga ia mencoba mengambil peluang tersebut. Di tahun 2020, ia mulai membuat hijab pertamanya dan mendapatkan respon baik. Dari sana ia mulai merancang baju, celana dan rencananya akan mencoba sepatu serta raket.
“Mungkin karena Mama saya juga pintar ya jadi beliau yang mengarahkan saya ketika punya uang itu harus gimana. Dari bulutangkis, saya jadi punya GOR bulutangkis di Bandung dan dikelola sama Mama. Selain itu, saya juga punya aset di tanah dan bangunan.”
Di masa pandemi, Febby melihat masyarakat memiliki kebiasaan berolahraga untuk menjaga kesehatan. Kondisi ini menjadi sesuatu yang menguntungkan bagi penjualan produk kepunyaan Febby yang bernama Victory Balance. Banyak peminat atau konsumen yang membeli produknya walaupun masih dijual secara reseller di toko dan GOR olahraga. Rencana ke depan ia akan mempromosikan brand kepunyaannya dengan membuka cabang di kota Makassar.
Harapan dan Impian. Sebagai seorang atlet yang sudah mengantongi berbagai prestasi, Febby menitipkan pesan kepada generasi muda khususnya di bidang olahraga bulutangkis agar Indonesia bisa berjaya di dunia.
Selain itu, ia melihat peluang untuk saat ini dan masa depan bahwa generasi muda tidak harus bergantung kepada pekerjaan. Banyak kesempatan untuk berwirausaha di bidang apapun, sehingga anak-anak muda dapat bersaing dengan negara lain. Kuncinya harus mampu beradaptasi dalam segala kondisi dan situasi, mengambil setiap peluang dan potensi yang dimiliki, dapat bermanfaat dan berguna bagi banyak orang, memperluas jaringan dan relasi dan menjadi pribadi yang bisa memberikan energi positif. “Pilihlah pekerjaan dan peluang wirausaha yang sesuai dengan passion. Teruslah berbuat baik agar kebaikan selalu datang menghampiri.”
Inspirasi dan Dukungan Keluarga. Selain tekad dan kerja keras, inspirasi tokoh idola dan orang-orang tercinta juga menjadi point yang tidak dapat dipisahkan dari suatu keberhasilan. Diungkapkan Febby, selama berkarier di dunia bulutangkis ia terinspirasi oleh sosok atlet legendaris Susi Susanti karena prestasi luar biasa dan sosoknya yang humble. Sementara ia juga bersyukur memiliki orang tua yang sangat mendukung di saat ia terpuruk ataupun menjadi seorang pemenang.
“Saking orang tua support.. ada suatu moment ketika saya bertanding, Mama sedang hamil adik saya. Waktu itu usia kehamilan sudah 9 bulan, tapi beliau tetap nekat mau dukung ke luar kota. Akhirnya Mama Papa datang dan memberikan semangat. Tapi pas di semifinal, saya sempat bingung kok hanya Papa yang datang. Setelah selesai main eh benar Papa bilang Mama ada di Rumah Sakit karena ketubannya pecah. Saya mau jaga atau lihat Mama pun nggak bisa karena besoknya ada final. Saya hanya bisa berdoa dan semakin termotivasi untuk meraih Juara 1 demi Mama dan adik baru saya. Esoknya, Alhamdulillah saat adik saya lahir, saya berhasil meraih Juara 1 dan bisa menunjukkan medali tersebut di Rumah Sakit.”
Keluarga merupakan prioritas yang tidak terpisahkan dari kehidupan. Febby mengaminkan hal tersebut. Bagi Febby, keluarga adalah yang pertama dan utama. Selama berkarier, ia bersyukur bisa memberikan senyum kepada orang tuanya. Selain memberikan materi, ia pernah mengajak orang tua untuk umroh dan jalan-jalan ke Eropa. Sebagai anak, Febby berusaha mewujudkan keinginan orang tua agar mereka bahagia dan menikmati masa-masa tuanya dengan indah.