Profil

Entin Gartini: Berjaya di Industri Fashion Mancanegara dengan Karya Inovatif

MajalahKebaya.com, Jakarta – Karier dan passion yang dibentuk dengan perjuangan keras pada akhirnya akan mendatangkan senyum kebahagiaan. Namun tidak ada yang terjadi secara instan, semua butuh proses dan ketangguhan untuk membangkitkan semangat. Sebut saja perempuan cantik bernama lengkap Entin Gartini yang akrab disapa Entin. Perempuan kelahiran Semarang, 24 Desember ini, memiliki kisah perjalanan kehidupan yang menarik.

Entin menikah dengan seorang warga negara Kanada pada tahun 2011 di Semarang. Ia harus menunggu kurang lebih setahun untuk mengurus surat pindah ke Kanada dan memutuskan pindah bersama dua anak dari pernikahan pertama. Setelah sampai di Kanada, ternyata tantangan yang dihadapi tidak mudah. Entin harus tinggal dan menyesuaikan diri dengan empat orang anak yang pada waktu itu berusia 9 tahun, 10 tahun, 11 tahun dan 12 tahun. Tak hanya itu, ketika dua kebudayaan yang berbeda dipertemukan dan tinggal serumah sangat tidak mudah. Belum lagi adaptasi dengan cuaca yang ekstrim dan makanan yang belum bersahabat dengan lidah.

“Biaya hidup yang sangat mahal membuat suami saya bekerja dua kali sehari di tempat yang berbeda. Jadi kita jarang bertemu, dia lelah bekerja. Saya juga lelah mengurus anak-anak dan rumah. Adaptasi yang berat buat saya dan anak-anak karena harus belajar Bahasa Perancis. Ini karena bahasa utama yang dipakai di Montreal tempat saya tinggal,” ungkap Entin.

Akhirnya pada tahun 2014, Entin mulai kursus Bahasa Perancis yang dibiayai pemerintah selama setahun di College Montmorency. Kampus tersebut memiliki perpustakaan yang sangat besar. Saat istirahat dari kursus selama satu jam, ia memilih untuk membaca buku tentang fashion, kain, history fashion dan lain-lain di perpustakaan. Selama mengikuti kursus, ia mendapatkan jatah print 100 lembar di perpustakaan secara gratis.

“Teman saya tidak satu pun yang ke perpustakaan saat makan siang dan tentu saja mereka tidak menggunakan fasilitas yang diberikan. Saya akhirnya memberanikan diri untuk bertanya ke mereka apakah boleh saya pakai 100 lembar gratis print dari perpustakaan. Alhamdulillah beberapa dari mereka dengan senang hati memberikan pass code untuk free print. Jadi selama satu tahun saya kursus, saya mengoleksi print tentang fashion design yang bisa dipelajari di rumah.”

Pecinta fashion, sketching, singing dan mendengarkan podcast ini mulai mempelajari lebih dalam tentang fashion design dan belajar menggambar di rumah dengan melihat Youtube. Hasil gambar ia posting di Instagram dan Facebook. Dari sana Entin memberanikan diri untuk memproduksi satu piece berdasarkan pesanan. Untuk membiayai bisnis kecilnya, ia harus kerja full time di restoran. Sampai akhirnya ia ditawari fashion show gratis di Ottawa pada tahun 2017. Dari sana, ia mendapatkan lebih banyak tawaran show di Montreal, Ottawa dan Vancouver.

OLYMPUS DIGITAL CAMERA

Di awal pandemi, Entin mendapatkan email dari Condenast, British Vogue Magazine yang ingin memuat karyanya tampil di majalah cetak dan print, tetapi ternyata semua membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Akhirnya ia dan suami memilih untuk mendahulukan kebutuhan keluarga dan lima orang anak yang lebih penting, sehingga kesempatan besar tersebut harus dilewatkan.

“Saya sempat down, tetapi untuk menghilangkan rasa down dan kecewa saya meyakini bahwa di tahun 2021 adalah tahun yang baik. Tahun 2020 nama saya masuk nominasi sebagai The Best Fashion Designer in Ottawa bersama 20 kandidat lainnya. Namun saya tidak memenangkan award tersebut. Saya tetap bersyukur karena public sudah mengenal dan memberikan apresiasi terhadap kerja keras saya. Apalagi saya adalah satu-satunya imigran dalam nominasi tersebut.”

Penantian yang ditunggu akhirnya membuahkan hasil. Di tahun 2021, nama Entin kembali masuk sebagai nominasi dan ia berhasil dinobatkan sebagai The Best Fashion Designer di Face Magazine Ottawa Award.

“Dengan pencapaian itu, saya sangat berterima kasih atas dukungan yang luar biasa dari keluarga, teman di Indonesia dan teman di Kanada. Termasuk jurnalis yang saya kenal saat fashion show, influencer dan orang-orang yang ada di fashion industry Ottawa yang sudah vote untuk saya.”

Perjuangan dan Inspirasi. Berdasarkan pengalaman sejak SMA hingga menjadi ibu rumah tangga, lulusan D3 Pariwisata dan D3 Bisnis Management ini, menyadari bahwa tidak mudah untuk menggapai cita-cita sebagai fashion designer. Keterbatasan biaya membuat ia harus berpikir keras dan pada akhirnya terinspirasi untuk mendirikan online course yang berisi tentang tips belajar menjadi fashion designer.

“Di kursus ini saya akan berikan tips-tips berdasarkan pengalaman ketika fashion show dan branding di Kanada, juga behind the scene membuat website sendiri tanpa harus merekrut web developer dengan biaya puluhan juta. Saya launching online course untuk yang mau belajar fashion design dari tidak bisa menggambar sampai bisa fashion show. Saya membuat online course dan e-book tentang The Self Made Fashion Design ini sebenarnya terinspirasi dari pengalaman saya sendiri. Jadi kursus online dan e-book saya bisa diakses di seluruh dunia, saya yakin banyak orang berbakat yang membutuhkan bimbingan dan guidance untuk menuju sukses.”

Selama membangun dan mengembangkan karier, founder website fashionandbusinessstartup.com (@fashion and business startup) ini, terinspirasi sosok sang Bunda. Ibunda tercinta merupakan penjahit rumahan dari ia kecil hingga dewasa. Ibunya membuat baju-baju unik untuk penyanyi lokal di Semarang dan tetangga sekitar tempat tinggal sebelum ia hijrah ke Kanada. Selain itu, demi menuju suatu keberhasilan, Entin memiliki prinsip untuk melakukan yang terbaik, kerja keras dan percaya bahwa jerih payah tidak akan berakhir sia-sia.

“Kalimat ini sangat dalam maknanya untuk saya, karena pernah terbesit waktu fashion show untuk menampilkan baju biasa saja artinya tanpa effort persiapan yang besar. Tapi hati saya berkata harus tampilkan yang terbaik. Setelah itu tahun depannya saya menang award, saya berkata pada diri sendiri mungkin saya tidak akan menang award kalau saat itu saya tidak berusaha untuk tampil yang terbaik.”

Tangguh Hadapi Pandemi. Pandemi membuat Entin lebih kreatif. Ibu dari Alya Quenna Putri (20 tahun), Andhiko Arya Putra (19 tahun) dan Mutiara Azarine Tardif (7 tahun) serta istri dari David Tardif yang berprofesi sebagai karyawan swasta ini, memiliki banyak waktu untuk membenahi bisnis mulai dari website, social media dan membuat content kreatif. Ia juga memiliki waktu luang untuk menyalurkan hobi dan turut membuka peluang bisnis. Untuk mengembangkan bisnis, Entin menerapkan strategi pemasaran yang dilakukan dengan menggunakan media sosial atau e-commerce. Sedangkan untuk pengiriman dilakukan melalui ekspedisi atau kurir online. Namun belum lama ini, Entin menciptakan bisnis online dengan digital produk secara sederhana.

“Jadi simple setelah client beli tinggal download misalnya seperti akhir-akhir ini saya launching e-book yang berjudul “The Self Made Fashion Designer” jadi teman-teman yang ada di Indonesia maupun luar negeri tinggal download saja.”

Selama masa pandemi, tepatnya dalam kehidupan keluarga, tidak terlalu banyak perubahan karena anak-anak tetap ke kampus. Dua minggu sekali mengambil online class dan suami tetap bekerja lima hari seminggu di kantor. Namun akhir-akhir ini rutinitas sudah kembali normal, suami ngantor, anak-anak sekolah dan Entin bersih-bersih di rumah, menyiapkan makan malam dan lunch box untuk keluarga, merancang, membenahi website dan sibuk dalam pembuatan konten media sosial, menulis e-book dan mempersiapkan fashion show untuk tahun depan di Vancouver Fashion Week dan Halal Muslim Show di Toronto.

Lepas dari Krisis. Krisis dibutuhkan untuk menyentak manusia keluar dari kebiasaan buruk. Tanpa krisis manusia tidak terpacu untuk berpikir, bekerja keras dan bahkan membuat inovasi. Tuhan Maha Baik. Dia tahu bahwa setiap masalah dan cobaan akan berguna untuk kebaikan manusia. Manusia dapat bertumbuh dalam berbagai segi kehidupan secara rohani, mental, psikologis, dan emosional. Berbagai krisis membuat manusia berkembang karena menyediakan begitu banyak kesempatan untuk memperbaiki hidup. Di balik krisis ada banyak kesempatan. Krisis adalah tempat di mana manusia menemukan kekuatan dengan cara menggunakan moment sebagai evaluasi, melakukan penghematan, memperkuat tim, menciptakan inovasi dan menanamkan pikiran positif kepada diri sendiri.

Usaha yang dilakukan Entin untuk lepas dari krisis di industry fashion dengan membantu pengrajin tenun dan batik. Membeli, merancang dan mempromosikan hasil karya pengrajin Indonesia di Kanada.

“Dengan komunitas pengajian di Montreal, kami juga menyalurkan bantuan untuk fakir miskin di Indonesia dengan membagikan nasi bungkus dan bentuk sumbangan lainnya. Sama juga di Kanada, masih ada homeless di musim dingin, maka tidak punya tempat tinggal. Kita membantu mereka dengan membagikan selimut. Biasanya Pemerintah menyediakan tempat untuk tidur di musim dingin.”

Untuk keluar dari krisis pandemi, menurut Entin yang harus dilakukan pertama kali berawal dari individu masing-masing dan diterapkan di keluarga masing-masing, yaitu menggunakan masker yang benar ketika keluar rumah, jika tidak penting tidak perlu ke luar rumah, selalu menjaga jarak jika sedang bersama orang lain, rajin cuci tangan, memelihara daya tahan tubuh dengan minum vitamin dan makan makanan sehat serta rajin membersihkan permukaan benda yang sering disentuh di dalam rumah.

“Selama semua dikerjakan diri sendiri, keluarga, seluruh masyarakat dan seluruh dunia, maka pandemi akan sagera selesai. Tetapi tantangannya adalah seperti di Kanada, masih ada komunitas anti masker dan anti vaksin apapun alasannya itu. Selama masih ada golongan seperti ini, maka akan memperlambat berakhirnya pandemi.”

Sosok Ibu dalam Kehidupan. Peran ibu di dalam keluarga memang sangat besar. Ia dapat mengayomi, mendidik dan mengajarkan berbagai hal kepada anak-anak. Bahkan ibu juga bisa menjadi seseorang yang menjembatani komunikasi keluarga, misalnya komunikasi antara ayah dan anaknya. Peran ibu dalam kehidupan yang dirasakan Entin ketika nilai-nilai kedisiplinan ditanamkan dengan sangat kuat.

“Waktu dulu ditanya ibu apa cita-cita saya, saya bilang ingin sekolah fashion designer, tapi beliau mengatakan jangan dan mau jadi apa, mau jadi penjahit rumahan seperti ibu. Dan waktu itu memang profesi fashion desainer masih jarang. Ternyata setelah percakapan itu, ayah saya meninggal dunia, sehingga setelah lulus SMA, saya tidak bisa meneruskan kuliah di jurusan fashion karena membutuhkan biaya yang sangat mahal. Akhirnya saya memilih option kedua jurusan yang saya suka adalah Pariwisata dan bisa jalan-jalan keliling Indonesia.”

Me Time. Di saat suntuk dan penat akan aktivitas padat, Entin memilih untuk menghabiskan waktu dengan berolahraga di depan televisi sambil melihat instruktur dari Youtube. Selain itu, ia dan suami mempunyai hobi yang sama yaitu menonton film di bioskop. Sedangkan jika saat stress menyerang, ia memilih untuk menggambar dan coloring desain yang menjadi cooling time atau healing time.

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

To Top