Profil

Amalia E. Maulana, Ph.D: Butuh Kerja Ekstra untuk Menggapai Cita-cita

MajalahKebaya.com, Jakarta – ‘Nothing is impossible, when you believe’. Sebuah ungkapan yang sangat disukai sekaligus dipedomani oleh Amalia E. Maulana, Ph.D. dalam meniti karier dan menjalani panggilan hidupnya. Makna yang sangat mendalam yang bisa dipetik Amalia, sapaan akrab wanita smart kelahiran Malang, 12 Oktober 1963, dari ungkapan tersebut adalah kita pasti bisa mencapai sesuatu yang kita percayai, namun jangan lupa untuk ‘extra miles’ yaitu kerja ekstra. Dan, tentu saja meminta kepada Allah agar dimudahkan dan dikuatkan dalam perjalanan menuju cita-cita, menjadi orang yang bermanfaat bagi masyarakat.

Sebagai seorang Dosen, Amalia yang merupakan Associate Professor Marketing di BINUS Business School, BINUS University, sering menyampaikan kepada anak-anak dan mahasiswanya, bahwa tidak ada yang instan dalam hidup ini. Semua melalui sebuah proses. Proses itu yang membuat kita menjadi lebih mengerti mana rintangan dan mana dukungan, sehingga kita bisa memilih jalan yang lebih efektif dan efisien dalam perjalanan berikutnya.

“Mungkin analoginya seperti cara algoritma mesin yang mempelajari perilaku orang dalam platform/aplikasi digital, lalu secara canggih memilihkan hal yang paling relevan berdasarkan historis. Untuk jalan kehidupan kita, saya yakin Allah sudah memberikan kita kemampuan yang jauh lebih canggih dari ‘artificial intelligence’ mesin. Karenanya, sudah seharusnya kita bisa lebih bijak dalam langkah-langkah ke depannya,” saran Amalia yang juga merupakan seorang Branding Consultant dan Founder ETNOMARK Consulting.

Cita-cita Harus Jelas dan Konkret. Memiliki impian dan cita-cita adalah sebuah keharusan, namun menurut Amalia, cita-cita harus jelas dan konkret, harus dicatatkan sedini mungkin, harus dikomunikasikan dengan orang-orang terdekat, dan harus diperjuangkan dengan gigih.

“Pengalaman saya tentang mengejar mimpi, ternyata memang benar, cita-cita yang ingin diraih harus jelas dan konkret, serta perlu dicatat sedini mungkin dan dikomunikasikan dengan orang-orang terdekat. Dalam perjalanan menuju cita-cita, seperti yang saya alami, ada saat dimana saya lelah, demotivasi dan ingin berhenti saja. Di titik itulah, keluarga dan para soulmate lainnya akan memberikan semangat dukungan.

‘Remember your dream..’ demikian kata-kata mereka yang melihat saya terjatuh. ‘Mama, kalau cita-citanya mudah, semua orang bisa meraihnya, lalu apa bedanya? Justru kesulitan meraih yang sulit itu yang manis di belakangnya’. Kalimat anak saya ini yang menguatkan, membuat saya bangkit lagi dari perasaan ingin menyudahi saja perjalanan berliku,” tegas wanita yang hobi line dancing, memasak, dan berkebun ini.

Karier Amalia saat ini mencakup dua dimensi. Profesi praktisi di dunia bisnis sebagai Branding Consultant dengan spesialisasi ethnography, sebagai Pendiri dari ETNOMARK Consulting. Selain itu ia juga berprofesi sebagai Dosen Marketing dengan jenjang jabatan akademik Associate Professor, di BINUS Business School, BINUS University. “Mendapatkan pengakuan untuk kedua dimensi yaitu praktisi dan akademisi ini tidak mudah. Walaupun keduanya saling melengkapi, namun untuk keseimbangan itu yang sulit. Khususnya, dunia bisnis kadang menjanjikan banyak temptation dan ini yang membuat distraksi pada agenda akademik saya,” ungkapnya.

Inspirasi Sukses. Perpaduan jiwa bisnis dan akademik dalam diri Amalia sangat kuat menuntun kiprah dan perjalanan hidupnya. Kedua orang tuanya sangat gigih memperjuangkan apa yang menjadi tujuan dan impian yang sudah ditetapkan. Karakter itu pun menurun pada Amalia yang selalu mendapat dukungan dari orang tuanya.

“Ayah saya seorang akademisi memang bukan yang praktisi, ibu saya seorang entrepreneur yang sangat gigih. Jadi mungkin saya gabungan ayah dan ibu saya, ayah saya seorang professor di bidang Linguistik di Universitas Negeri Malang (UM) tapi sudah pensiun, beliau mendorong sisi akademik saya. Kakak saya juga termasuk inspirasi saya, juga sangat gigih. Dulu saya selalu berkonsultasi sama kakak saya, sampai ia menegaskan now or never, dan di titik itu saya mulai bergerak oke now!!..” tutur Amalia.

Seiring waktu berjalan, pada awal-awal Amalia menyukai dunia dua dimensi seperti sekarang, karena termotivasi oleh seorang pakar manajemen, akademisi, dan praktisi bisnis , yaitu Prof. Rhenald Kasali, Ph.D. “Saat itu saya belum lama bekerja dan menyukai gaya bahasa di buku tulisan beliau. Bahasanya mudah dimengerti walaupun mengandung konsep-konsep pemasaran yang rumit. Ini awal saya terinspirasi dan menegaskan cita-cita ingin menjadi seperti beliau. Tulisan saya bisa memahamkan, mudah dicerna dibaca tetapi di balik itu sarat dengan pembahasan teori. Mudah-mudahan itu saya sekarang dan itu terinspirasi oleh beliau.”

Banyak Hikmah di Masa Pandemi. Dampak pandemi sangat terasa di hampir semua sektor kehidupan. Kelesuan berkepanjangan di bidang usaha berdampak pada kesejahteraan karyawan, bahkan tidak sedikit yang dirumahkan. Begitupun dalam bidang pendidikan, aktivitas belajar mengajar terpaksa dilakukan dari rumah. Banyak program dan rencana kerja terpaksa ditunda atau dibatalkan, kalaupun tetap jalan, umumnya tidak optimal. Namun di sisi lain, ada hikmah yang bisa dipetik, seperti waktu kebersamaan dengan keluarga semakin intens dan hubungan dengan orang-orang terkasih semakin harmonis. Dalam bidang usaha pun muncul ide-ide cemerlang dan kreatif justru di masa sulit. Juga ada yang memanfaatkan banyak waktu luang dengan berbenah diri dan melakukan hal-hal positif yang belum atau tidak sempat dilakukan sebelumnya.

Demikian pun dengan Amalia. Ia memanfaatkan banyak waktu luang di rumah untuk menuntaskan kerinduannya yang tertunda karena masalah waktu dan kesibukan, yaitu menulis buku. “Di masa pandemi ini, salah satu hikmah di balik ketidak-nyamanan adalah banyak waktu untuk berpikir dan menulis. Karenanya tahun-tahun ini merupakan tahun resolusi untuk melunasi banyak hutang saya di dunia akademik. Alhamdulillah beberapa buku dan publikasi riset berhasil saya selesaikan, di antaranya: ‘Tantangan Adopsi Uang Elektronik di Indonesia’, ‘Dimensi Permasalahan dalam Adopsi Konsumsi Ikan Masyarakat Urban Indonesia’, ‘Edukasi Komunitas yang Efektif untuk Peningkatan Konsumsi Ikan’, dan ‘Metodologi Penelitian Kualitatif dalam Pemasaran’. Tahun 2022 ini semoga sudah bisa mulai berjalan seimbang lagi, antara dunia bisnis dan dunia akademik,” harap dan doanya.

Di masa pandemi seperti ini, yang sangat disyukuri Amalia adalah waktu berkumpul dengan keluarga menjadi lebih banyak. Momen makan siang dan makan malam bersama, menjadi momen indah, karena sebelum-sebelumnya sulit sekali untuk menyatukan jadwal sekeluarga. ‘Keributan’ seperti perdebatan menu makanan apa yang akan dipesan online adalah saat seru dan kadang lucu. Sesekali juga ia bisa ikut menemani suami, Cahya Maulana, seorang Financial Controller, yang rajin olahraga pagi, yang mendukung sepenuhnya karier Amalia sambil selalu mengingatkan peran dalam keluarga. Semua itu bagi Amalia adalah hikmah pandemi yang sangat menyenangkan.

Kebahagiaan Amalia semakin sempurna melihat anak-anaknya tumbuh dewasa serta mengukir prestasi dan kesuksesan masing-masing. “Alhamdulillah dua anak saya yang dewasa sudah mandiri. Anak pertama Fauzan Reza Maulana, lulusan Teknik Sipil ITB Bandung, sedang mengambil Program Master di Stanford University, bidang Civil Engineering and Environmental. Anak kedua, Luthfan Rasyad Maulana setelah lulus dari jurusan Teknologi Informasi di Program Double Degree Universitas Indonesia dan Universitas Queensland, sekarang bekerja di sebuah software house. Tugas saya dan suami tinggal satu, yaitu mengantarkan si bungsu Emir Alexander Maulana yang masih SMP Kelas Tiga di Sekolah CIKAL, meraih cita-citanya,” jelas Amalia saat ditanya tentang ketiga anak laki-lakinya.

Meskipun sebagian besar sudah tercapai, Amalia yang menyelesaikan Program Doktoral-nya di School of Marketing, University of New South Wales Sydney, Australia in, mengaku mimpinya masih banyak. Saat ini ia sedang menikmati perjalanan mencapai cita-citanya tersebut. Pertemanan dan persaudaraan yang akan melengkapi perjalanan dengan segala dinamikanya, karena itu ia sempatkan aktif di beberapa grup WhatsApp pertemanan. Menurutnya, WhatsApp itu harus dibaca sebagai ‘Mendekatkan yang jauh namun tidak menjauhkan yang dekat’.

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

To Top