MajalahKebaya.com, Jakarta – Berusaha mengikuti tren bisnis yang sudah ada seringkali berhadapan dengan berbagai keraguan dan timbul pertanyaan apakah usaha yang akan dibangun dapat berkembang atau harus kandas di tengah jalan. Memang tak semudah merencanakan ketika bisnis sedang diupayakan untuk dikembangkan. Namun jika keberanian dalam menemukan peluang berhasil diputuskan dengan keyakinan, maka hasil terbaik yang diperoleh adalah keberhasilan. Seperti itu gambaran perjalanan bisnis Aglenda Sherina Novera Sugiarto. Perempuan cantik kelahiran Semarang, 5 November, yang akrab disapa Sherina, sempat tertarik untuk membangun sebuah usaha yang sudah happening, tetapi ia tetap mengikuti suara hati dan passion untuk mengembangkan bisnis baru sesuai dengan kegemarannya.
“Awalnya saya mau usaha dan mikir apa yang sedang happening. Banyaknya coffee shop sempat membuat saya berpikir untuk tidak menekuni bisnis itu. Berdasarkan pengamatan banyak yang buka lalu tutup. Akhirnya saya passion di nail art karena suka dengan bidang itu. Di Semarang banyak yang usaha nail art, tetapi tidak sebanyak coffee shop.”
Berdasarkan pengamatan dan keberanian untuk tetap menerima tantangan sebagai seorang entrepreneur, Sherina mulai mencari-cari informasi mengenai bisnis nail art. Awalnya ia tertarik untuk franchise sebuah salon yang sudah terkenal di Semarang, tetapi ia menyadari jika memilih frachise maka harus berbagi keuntungan. Setelah memperhitungkan berbagai risiko, Sherina memutuskan untuk bekerja sama dengan menggunakan nama sendiri. Di salonnya, ia menghadirkan treatment nail art, eyelash, lash lift, waxing, manicure dan pedicure.
“Saya kerja sama sebatas training pegawai yang awalnya tidak bisa nail art. Saya mulai merintis dari nol mulai dari sosial media, minta teman-teman untuk datang dan sekarang pegawai sudah ada empat orang. Saya membuka usaha ini ketika masa Covid dan lockdown. Akhirnya saya memutuskan untuk home service dan pegawai harus mengikuti protokol kesehatan. Sekarang saya bersyukur semua dapat dijalankan secara normal, tetapi tetap ada home service.”
Positif Hadapi Persaingan. Sherina menghadapi persaingan sebagai motivasi untuk memberikan kualitas pelayanan terbaik. Ia tidak menyangkal bahwa bisnis di bidang kecantikan mengalami perkembangan yang pesat. Banyak pengusaha mengambil peluang di dalam bisnis tersebut. Namun Sherina menyadari bahwa setiap rezeki sudah ada yang mengatur. Kepercayaan itu yang membuat bisnis Sherina tetap berkembang dengan baik, meskipun ia harus berhadapan dengan berbagai pesaing yang sama-sama berkualitas.
“Dua bangunan dari rumah saya sudah ada saingan. Saya awalnya mikir, aduh gimana ini, tapi saya konsultasi dengan yang mau franchise dan dia tidak berani karena dekat dengan saingan. Tapi nggak apa-apa karena saya percaya rezeki sudah ada yang mengatur. Alhamdulillah, salon saya mulai berkembang dan sudah ada dua orang yang menawarkan franchise di Jakarta. Hanya saya belum berani karena saya mau memantapkan diri dulu.”
Trik Sukses. Kesuksesan merupakan proses yang membutuhkan perjuangan dengan segala bentuk tantangan yang menghadang. Sherina meyakini hal tersebut bahwa untuk menjadi sukses dibutuhkan pengorbanan yang tidak mudah. Hal yang paling penting adalah proses karena tidak ada orang yang tiba-tiba menjadi sukses. Anak pertama dari tiga bersaudara ini berharap di tahun 2022, ia dapat melebarkan sayap dengan membuka cabang atau franchise di Jakarta.
Me Time. Di tengah kesibukan yang padat, Sarjana S1 yang hobi traveling serta membaca buku ini, tidak pernah kehilangan waktu untuk bersantai atau memberikan kenyamanan bagi diri sendiri. Ia menghabiskan waktu dengan jalan-jalan, shopping, traveling, olahraga dan mengikuti kegiatan sosial bersama teman-teman. Me time menjadi kegiatan yang tidak dilewatkan karena dapat menyegarkan pikiran dan mengembalikan mood.
Keluarga dan Prioritas. Keluarga merupakan prioritas yang tidak akan tergantikan oleh apapun. Keluarga merupakan dukungan utama yang sangat penting untuk segala bentuk perjuangan di dalam membangun usaha. Terutama sosok Ibunda tercinta yang berperan sebagai penguat dan sumber inspirasi.
“Orang tua merupakan sumber inspirasi. Mama saya adalah orang desa dari Lampung. Beliau mendapatkan beasiswa di Universitas Diponegoro dan semuanya dimulai dari nol. Sekarang beliau usaha kontraktor dengan Papa. Mama orangnya sederhana sekali dan sangat kerja keras. Mama adalah penguat. Kalau misalkan bisnis saya ada masalah, saya selalu ingat pengorbanan Mama. ‘Masa gini saja tidak bisa’, dan itu yang membuat saya bangkit lagi.”