Cover Story

Angelica Baebie Tjandra: Remaja Berprestasi Hadapi Tantangan Belajar Online dengan Komitmen dan Kedisiplinan

MajalahKebaya.com, Jakarta – Berprestasi di usia muda menjadi suatu kebanggaan yang berhasil ditorehkan seorang remaja cantik dan cerdas bernama Angelica Baebie Tjandra. Gadis muda kelahiran Surabaya, 1 September 2004 yang akrab disapa Anggie ini, merupakan siswa SMA Kristen Petra 2 Surabaya. Selama menempuh pendidikan, Anggie berhasil meraih berbagai prestasi di antaranya Juara 1 Fun Chinese Calligraphy, Juara 3 Langsong & Erge Competition, Juara 1 Ujian ANZCA, Juara 3 Ujian ABRSM Penampilan Terbaik Tingkat Pemula. Pencapaian yang membanggakan bagi Anggie yang gemar menggambar, membaca, dan bernyanyi.

Ketekunan Anggie dalam belajar membanggakan baik orang tua, maupun pihak sekolahnya. Hari-harinya disibukkan dengan kegiatan les vokal, les beberapa mata pelajaran sekolah, dan mengasah berbagai potensi dalam diri. Di sela waktu belajar, selain mengerjakan hobi, ia juga aktif menulis cerita, bermain gitar dan membuat lagu pendek sederhana. Ia merasa sangat bersyukur mendapat dukungan penuh dari keluarga.

“Orang tua saya selalu mendukung dalam segala hal positif yang saya lakukan. Di luar kegiatan sekolah, saya melakukan hobi-hobi saya dan orang tua saya mendukung saya mengembangkan hobi saya. Salah satu bentuk dukungannya adalah saya diikutkan les vokal.”

Anggie dapat mengekspresikan apa yang dirasakan melalui gambar dan lukisan. Berhubung suka membaca, ia memiliki keinginan untuk menulis cerita sendiri sesuai dengan imajinasi. Sedangkan untuk menulis lagu, ketika ia menyanyikan lagu ciptaan orang lain, hadir ide-ide untuk menulis lagu sendiri sesuai dengan pemikirannya. Anggie menulis lagu dari peristiwa yang dirasakan. Terkadang lagu yang ditulis merupakan lagu cheerful, tetapi tidak jarang ia menulis lagu mellow yang menyayat hati. Tak hanya itu, Anggie juga aktif terlibat dan memiliki ketertarikan di dunia modeling.

“Pada awalnya, saya memang cukup tertarik dengan dunia modeling. Hanya saja saya kurang percaya diri, sehingga orang tua mendukung ketertarikan saya dalam dunia modeling ini dengan memasukkan saya ke Sekolah John Robert Powers (JRP). Di dalamnya mengajarkan berbagai hal yang berkaitan dengan dunia modeling.”

Anggie tumbuh menjadi remaja aktif dengan berbagai kegiatan yang positif berkat dukungan penuh keluarga dan sosok yang menginspirasi. Ada beberapa orang yang telah menginspirasinya, seperti anggota keluarga sendiri dan beberapa idola. Namun seseorang yang benar-benar menginspirasi Anggie dalam menjalani kehidupan adalah Ibunda tercinta. Menurut Anggie, ibunya merupakan pribadi yang begitu hebat. Setiap hari, ibu Anggie selalu bangun pagi dan memasak untuk keluarga. Setelah itu, berangkat kerja bersama Sang Ayah dan baru pulang di malam hari.

“Saya tahu, Mama pasti sangat lelah, tapi Mama tidak pernah mengeluh. Mama selalu menjalani semuanya dengan happy. Mama sangat membawa positive vibes terkhususnya bagi saya. Sepulang kerja sekali pun, Mama masih sempat mengajak saya bercanda. Saya ingin menjadi seperti Mama yang bisa menikmati seluruh hal yang dilakukan. Mama juga adalah orang yang cerdas dan tidak mudah menyerah. Di samping itu semua, Mama juga dekat dengan Tuhan dan suka menolong sesama yang membutuhkan. Hal ini juga membuat saya kagum, karena biasanya orang dengan kesibukan yang luar biasa akan sulit meluangkan waktu untuk menolong sesama yang membutuhkan. Tetapi Mama tidak pernah lupa untuk menolong sesama. Mama suka menyumbang berbagai hal ke panti asuhan.”

Tantangan Belajar di Masa Pandemi. Ada beberapa kesulitan dan tantangan yang dialami saat melaksanakan pembelajaran daring di rumah, salah satunya masalah jaringan. Situasi ini dirasakan Anggie selama ia mengikuti Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Untuk menghadapi masalah jaringan, Anggie mengatasi dengan mempersiapkan beberapa alternatif sumber jaringan, sehingga ketika terjadi gangguan dapat berpindah ke jaringan yang lain.

Selain itu, Anggie merasa bahwa ujian yang diberikan sekolah memiliki bobot yang lebih tinggi dibandingkan Pembelajaran Tatap Muka (PTM). Hal tersebut tentu wajar dan masuk akal karena setiap peserta didik dapat ujian open book di rumah. Hanya saja, Anggie sesekali merasa kusulitan menjawab beberapa soal yang diberikan saat ujian. Namun untuk mengatasi tantangan tersebut, Anggie berusaha belajar dengan giat dan lebih memahami konsep pembelajaran.

“Saat pembelajaran secara tatap muka, seringkali yang dilakukan adalah menghafal tanpa memahami konsep pembelajaran karena soal ujian yang diberikan akan cenderung mirip bahkan sama dengan yang dipelajari sebelumnya.. karena saat tatap muka, setiap ujian dilakukan dengan close book. Namun, saat di rumah, dikarenakan seluruh siswa dapat open book, maka bobot ujian yang diberikan akan lebih tinggi. Karena itulah, sangat penting untuk memahami konsep pembelajaran. Dengan memahami konsep pembelajaran, sudah ada pemahaman dasar dan juga kemungkinan dapat mengerjakan ujian akan lebih besar dibanding menghafal.”

Selama belajar online, Anggie berusaha tidak terganggu dengan handphone. Dengan belajar daring tentu penggunaan gadget akan lebih bebas, terutama bagi yang menggunakan handphone untuk pertemuan daring sekolah. Perlu disadari bahwa belajar di rumah secara daring tampak lebih mudah, sehingga seringkali muncul pemikiran yang menggoda untuk bermain handphone dibandingkan mendengarkan penjelasan guru. Hal ini tentu saja salah besar karena sesungguhnya diperlukan pemahaman dalam pengerjaan ujian yang bobotnya lebih tinggi. Mendengarkan saat guru menjelaskan dengan baik merupakan salah satu cara efektif untuk belajar karena kita akan lebih mudah memahami suatu materi apabila ada yang menjelaskan materi tersebut. Sama halnya dengan pembelajaran tatap muka, mendengarkan guru saat pembelajaran daring pun sama pentingnya.

“Kalau saat pembelajaran tatap muka kita secara mau tidak mau harus mendengarkan guru atau dengan kata lain ada batasan yang memang harus dipatuhi secara paksa, saat pembelajaran daring di rumah seperti ini, batasan tersebut otomatis berkurang dan sejatinya harus ada kesadaran dari dalam diri sendiri dahulu untuk menjaga kebebasan yang dimiliki ini agar kebebasan itu dapat menjadi kebebasan yang bertanggung jawab dan tidak membawa dampak negatif.”
Selama masa pandemi, Anggie didukung penuh oleh keluarga dengan memberikan semangat dalam menghadapi jadwal sekolah yang padat. Ditambah lagi, Anggie sudah duduk di kelas 3 SMA dan ia harus fokus belajar untuk menghadapi berbagai ujian kelulusan. Dengan dukungan keluarga, Anggie merasa lebih semangat dan kuat dalam menghadapi segala ujian tersebut.

Harapan dan Target. Anggie yang senang menghabiskan me time dengan menonton film dan mendengarkan lagu ini memiliki target jangka pendek untuk lulus dari Sekolah Menengah Atas dengan nilai yang baik. Tidak hanya torehan nilai yang memuaskan, ia ingin menjadi lulusan dengan sikap yang baik. Setelah lulus, Anggie berharap dapat melanjutkan studi di jurusan yang diminati.
“Puji Tuhan, saya sudah diterima di salah satu universitas pada jurusan yang saya minati. Untuk sekarang ada dua cita-cita yang ada di benak saya. Pertama, saya ingin menjadi seorang pengusaha dengan cara meneruskan perusahaan kedua orang tua. Untuk cita-cita yang kedua, dikarenakan saya suka menyanyi, saya juga memiliki impian untuk menjadi penyanyi.”

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

To Top