MajalahKebaya.com, Jakarta – Kebijaksanaan menentukan konsistensi dalam menjalani karier tentu saja merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sebuah perjuangan. Tidak ada kata menyerah untuk sebuah perubahan dan pendewasaan diri meskipun lingkungan sedang tidak berpihak. Begitulah yang dapat digambarkan dalam kehidupan Dr. Eng. Stephanie Octorina Saing, S.T., M.T. Pencapaian kariernya layak diacungi jempol. Apalagi ia mampu bersaing dan mengembangkan diri di dunia yang mayoritas didominasi laki-laki yaitu dunia pertambangan.
Stephanie, sapaan akrabnya, mulai meyakinkan hati berkarier sejak tahun 2015, tepatnya setelah ia menamatkan pendidikan S3 Earth Science and Technology di Akita University Jepang. Kelahiran Palembang, 28 Oktober ini, sempat mengalami jobless dan kesulitan mencari pekerjaan. Hal ini dikarenakan tidak banyak industri yang menerima tenaga kerja berlatar pendidikan S3 yang dianggap lebih cocok sebagai praktisi pendidikan. Namun Stephanie tidak berhenti berusaha dan lewat jalinan relasi dari alumni Institut Teknologi Bandung (ITB) tempat ia menyelesaikan pendidikan Sarjana dan Pascasarjana, Stephanie berhasil diterima sebagai Senior Geologist di perusahaan konsultan pertambangan.
Kesempatan yang baik dan digunakan sepenuh hati sehingga Stephanie begitu tekun dalam melaksanakan tanggung jawab. Hingga akhirnya ia direkrut perusahaan yang memiliki reputasi sebagai Lima Besar Konsultan Tambang di Indonesia. Tepat di tahun 2020, ia mengemban tugas baru sebagai Direktur di salah satu perusahaan yang menangani pemetaan dan pengembangan sosial masyarakat di lingkar tambang.
Stephanie tidak hanya fokus di bidang pertambangan. Ia mempunyai pekerjaan lain di bidang wastra di mana hampir 95% perempuan bergerak di bidang ini baik yang sudah berusia lanjut maupun yang masih muda. Stephanie memberikan ruang yang begitu luas untuk berekspresi dan bekerja sama di industri kreatif. Ia juga aktif tergabung di sejumlah organisasi di antaranya Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (sebagai Ketua Knowledge Sharing), Himpunan Wastra Prema (sebagai anggota pengurus bidang kegiatan), Ikatan Alumni Teknik Pertambangan ITM (sebagai anggota dan pengurus) dan Ikatan Alumni ITB (sebagai Wakil Menteri Kementerian Pengabdian Masyarakat).
“Untuk di konsultan pertamabangan ini lebih challenging karena tambang sendiri lebih identik dengan laki-laki dan apa yang bisa dilakukan sebagai salah satu perempuan yang berkarier di pertambangan yaitu saya menyediakan ruang yang sama untuk para perempuan bisa bekerja di lingkungan tambang terutama di bidang konsultan. Saat ini di kantor kami terdapat 50% perempuan dan 50% laki-laki.”
Kecintaan yang besar pada wastra, sosial masarakat, budaya dan pemberdayaan perempuan, menginspirasi General Manager and Mining PT Quantus Consultants Indonesia, Direktur PT QSR Pramana Indonesia dan CEO PT Tinung Rambu Indonesia ini, merintis Tinung Rambu di tahun 2019. Semua berawal dari cinta dan direalisasikan untuk cinta kepada perempuan Indonesia dalam meningkatkan perekonomian agar menjadi lebih baik.
“Di sana ada cinta yang dibuat oleh perempuan untuk keluarganya, untuk calon suaminya, untuk calon anaknya atau untuk cucunya. Membuat seseorang membentuk tanda cinta, tanda kasih terhadap orang yang dikasihi. Saya menilai tenun ini sebagai komoditas. Sayangnya, kita tidak bisa menjangkau seluruh penenun. Untuk itulah saya membangun Tinung Rambu, sebagai media para penenun memasarkan karya mereka sehingga perekonomian mereka bisa sedikit lebih baik.”
Produk yang ditawarkan merupakan kain tenun yang hampir semuanya melalui proses custom mulai dari pewarnaan hingga ukuran yang bisa dibuat berbeda. Produk yang dipasarkan juga mengusung lima nilai yaitu pemberdayaan, fair trade, berwawasan lingkungan, originality, dan pelestarian budaya, sehingga dapat mengenalkan tenun motif yang ada, menggali yang lama dan membuat motif baru yang memiliki nilai kekinian. Tidak hanya sekadar mengembangkan passion dan bisnis, Stephanie memiliki harapan melalui Tinung Rambu dapat mendukung operasional sekolah PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) di beberapa daerah Indonesia.
“10-30% dari profit Tinung Rambu dialokasikan untuk PAUD baik untuk program bantuan pendidikan hingga program makan sehat setiap bulan. Saat ini, ada 6 PAUD yang kami dukung setiap bulan termasuk dalam proses juga untuk pembangunan gedung sekolah di Pulau Timor dan Pulau Rote.”
Peran Perempuan dalam UMKM. Peran perempuan, menurut istri dari Virgo Davinci Tarigan, General Manger Contractor PT QCM Indonesia ini, sangat luar biasa dalam UMKM khususnya Tinung Rambu yang digerakkan oleh perempuan. Perempuan mendapatkan kesempatan dan ruang ekspresi yang menghasilkan nilai ekonomi, nilai tambah dan mendukung kebutuhan keluarga terutama di daerah terpencil.
“Jadi skill yang dimiliki perempuan itu menjadi satu hal yang membantu kebutuhan keluarga, kebutuhan anak-anak. Mereka juga mendapatkan support finance yang baik melalui skill mereka dalam hal ini tenu dalam Tinung Rambu.”
Potensi UMKM Perempuan sangat jelas terutama pada saat pandemi Covid yang baru saja berlalu, menjadi tolok ukur yang dapat dijadikan bukti nyata bahwa UMKM di Indonesia bergerak karena hampir 80% digerakkan oleh perempuan. Kondisi ini cukup membantu agar perekonomian tetap stabil. Ini menjadi peran penting perempuan di seluruh Indonesia dengan bermacam-macam bidang usaha di antaranya makanan, furniture, bidang kreatif dan lain-lain.
Sayangnya di balik peran aktif perempuan dalam pembangunan dan perekonomian, masih terdapat kendala yang harus dihadapi. Tidak semua perempuan memiliki akses pendidikan dan infrastruktur yang sama. Hal ini yang belum merata di seluruh Indonesia. Menurut Stephanie, Pemerintah terus berupaya secara bertahap menyediakan infrastruktur yang sama agar perempuan bisa berkarya dan karyanya dapat didengar, bermanfaat bagi dirinya dan keluarga.
“Kalau untuk peluang dalam pengembangan di Indonesia sendiri sudah terbuka. Ruang publik yang mengakomodir untuk perempuan berkarya, memberikan aspirasi, ruang gerak untuk perempuan, potensi apa yang bisa dihasilkan. Bukan hanya sekedar penampilan karena selama ini hanya dinilai index fisik saja bahwa perempuan harus cantik.”
Literasi Digital. Tantangan lain adalah literasi digital. Diungkapkan penggemar baca buku, tidur dan merapikan kain ini, banyak perempuan yang menjadi korban dari kemajuan digital. Literasi digital ini menjadi poin penting karena perempuan menjadi tahu bagaimana mereka berkarya, karyanya dilindungi dan berekspresi.
“Literasi digital ini tidak hanya seperti sudah 17 tahun atau sudah dewasa, tapi sedari dini. Memahami bagaimana menggunakan tools digital ini dengan cara positif dan menghasilkan sesuatu yang baik. Pemahaman ini tidak hanya di satu daerah tapi di seluruh Indonesia.”
Menurut Stephanie, pemahaman liteasi digital jika dimanfaatkan dengan baik dapat membantu terutama dalam bisnis. Untuk bisnis UMKM, digitalisasi ini dapat diberdayakan terutama dalam marketing, memperkenalkan situasi yang ada dan apa yang sedang dikerjakan. Bagi Stephanie, pemanfaatan literasi digital berguna dalam mengenalkan produk-produk seni dan membantu dalam koordinasi, menyusun kegiatan, perencanaan serta eksekusi.
“Meskipun secara digital, kami tetap harus melakukan kegiatan secara fisik untuk melihat bagaimana berkomunikasi karena tidak selamanya teknologi dapat mengkomunikasikan apa yang seharusnya dikomunikasikan secara langsung.”