MajalahKebaya.com, Jakarta – Berbagai tantangan dan rintangan mampu dilalui Dr. Eng. Stephanie Octorina Saing baik dalam karier di bidang pertambangan maupun bisnis kerajinan tenun. Di tahun 2024 ini berbagai terobosan dan harapan akan berusaha diwujudkannya.
Semangat dan jiwa juang yang tinggi mendorong Dr. Eng. Stephanie Octorina Saing untuk terus berkarya nyata yang berdampak positif bagi keluarga, masyarakat maupun negara. Stephanie sukses membangun karier di bidang pertambangan yang mayoritas didominasi laki-laki.
Wanita cantik lulusan S3 Earth Science and Technology di Akita University, Jepang tahun 2015 ini, sempat mengalami jobless dan kesulitan mencari pekerjaan. Hal ini dikarenakan tidak banyak industri yang menerima tenaga kerja berlatar pendidikan S3 yang dianggap lebih cocok sebagai praktisi pendidikan. Namun Stephanie tidak berhenti berusaha dan lewat jalinan relasi dari Alumni Institut Teknologi Bandung (ITB) tempat ia menyelesaikan pendidikan Sarjana dan Pascasarjana, Stephanie berhasil diterima sebagai Senior Geologist di perusahaan konsultan pertambangan.
Lulusan S2 Rekayasa Pertambangan dan S1 Teknik Pertambangan, ITB, Indonesia ini, pun direkrut perusahaan yang memiliki reputasi sebagai lima besar Konsultan Tambang di Indonesia. Ia dipercaya menjabat GM Geology and Mining PT Quantus Consultants Indonesia sejak 2017 hingga sekarang. Tak hanya itu, Stephanie juga mengemban tugas baru sebagai Direktur PT QSR Pramana Indonesia, salah satu perusahaan yang menangani pemetaan dan pengembangan sosial masyarakat di lingkar tambang, sejak tahun 2020 hingga sekarang.
“Karier sebagai Konsultan Pertambangan cukup challenging karena tambang sendiri lebih identik dengan laki-laki dan apa yang bisa dilakukan sebagai salah satu perempuan yang berkarier di pertambangan yaitu saya menyediakan ruang yang sama untuk para perempuan bisa bekerja di lingkungan tambang terutama di bidang konsultan. Saat ini di kantor kami terdapat 50% perempuan dan 50% laki-laki,” ujar wanita kelahiran Palembang, 28 Oktober ini.
Tinung Rambu Bentuk Kepedulian pada Budaya dan Sosial
Kecintaan yang besar pada wastra, sosial masyarakat, budaya dan pemberdayaan perempuan, juga menginspirasi Stephanie untuk merintis usaha kerajinan tenun dengan brand Tinung Rambu di tahun 2019. Produk yang ditawarkan merupakan kain tenun yang hampir semuanya melalui proses custom, mulai dari pewarnaan hingga ukuran yang bisa dibuat berbeda. Produk yang dipasarkan juga mengusung lima nilai yaitu pemberdayaan, fair trade, berwawasan lingkungan, originality, dan pelestarian budaya, sehingga dapat mengenalkan tenun motif yang ada, menggali yang lama dan membuat motif baru yang memiliki nilai kekinian.
Tidak hanya sekadar mengembangkan passion dan bisnis, Stephanie memiliki harapan melalui Tinung Rambu dapat mendukung operasional sekolah PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) di beberapa daerah Indonesia. Sekitar 10-30% dari profit Tinung Rambu dialokasikan untuk PAUD baik untuk program bantuan pendidikan hingga program makan sehat setiap bulan.
Dalam mengembangkan kreasi ragam tenun, Stephanie merangkul para pengrajin tenun dari 7 kampung di NTT, di antaranya Pulau Timor, Flores, Rote dan Sumba. “Tinung Rambu saya bangun untuk mengembangkan kerajinan, terutama tenun dan saat ini ada di NTT. Lalu sekitar bulan Oktober 2023 hadir sister brand Soru Maromak. Tinung Rambu fokus pada produk tenun dan sarung, sementara Soru Maromak lebih pada aksesoris yang bisa digunakan anak-anak sampai dewasa seperti topi, strap, anting dan lain lain,” jelas CEO Tinung Rambu Indonesia ini.
Pada November 2023 lalu, Stephanie melakukan soft launching untuk gallery kain Tinung Rambu dan Soru Maromak yang diberi nama Anagata Wastra di BSD Tangerang Selatan. “Jadi customer yang memesan secara online atau lewat pameran offline sekarang bisa langsung berkunjung ke gallery kita, melihat berbagai produk pilihan dari hasil karya para Mamah (pengrajin tenun wanita) kami. Koleksinya ada ratusan bahkan ribuan yang bisa dipilih dan diadopsi, dan semuanya full handmade baik produk baru atau collector series yang sudah jarang ditemui karena memang terbatas,” tandasnya semangat.
Selain berkarier di bidang pertambangan dan pengembangan kerajinan tenun, Stephanie juga aktif tergabung di sejumlah organisasi di antaranya Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (PERHAPI) sebagai Ketua Knowledge Sharing sejak 2021 sampai sekarang, Anggota Pengurus Himpunan Wastraprema (2023-sekarang), Wakil Ketua Divisi Kuat IA Tambang ITB (2019-sekarang).
Potensi UMKM Perempuan Sangat Besar
Istri dari Virgo Davinci Tarigan, General Manager PT QCM Indonesia ini, melihat para perempuan sudah berperan baik sesuai dengan profesi dan caranya masing-masing, baik sebagai penggerak ekonomi keluarga dan masyarakat.
“Saya sendiri bekerja di industri tambang yang 50 persen-nya perempuan. UMKM pekerja saya bahkan 90 persen perempuan. Setiap perempuan punya kontribusi yang besar untuk dirinya dan berdampak pada lingkungan dan keluarga. Juga berdampak pada negara. Baik sebagai pekerja, pengamat seni, apapun bentuk profesinya sekalipun ibu rumah tangga. Pasti perempuan memiliki peran yang sangat penting dan bisa melakukan hal-hal kecil untuk mendukung keluarga, melakukan hal-hal baik dengan karya-karya nyata yang bisa disalurkan lewat pekerjaan dan profesi masing- masing,” tandas pehobi travelling dan menulis ini.
Lebih jauh Stephanie menegaskan, potensi UMKM perempuan sangat jelas terutama pada saat pandemi Covid yang baru saja berlalu, menjadi tolok ukur yang dapat dijadikan bukti nyata bahwa UMKM di Indonesia bergerak karena hampir 80% digerakkan oleh perempuan. Kondisi ini cukup membantu agar perekonomian tetap stabil. Ini menjadi peran penting perempuan di seluruh Indonesia dengan bermacam-macam bidang usaha di antaranya makanan, furniture, bidang kreatif dan lain-lain.
Sayangnya, lanjut Stephanie, di balik peran aktif perempuan dalam pembangunan dan perekonomian, masih terdapat kendala yang harus dihadapi. Tidak semua perempuan memiliki akses pendidikan dan infrastruktur yang sama. Hal ini yang belum merata di seluruh Indonesia. Pemerintah terus berupaya secara bertahap menyediakan infrastruktur yang sama agar perempuan bisa berkarya dan karyanya dapat didengar, bermanfaat bagi dirinya dan keluarga.
“Kalau untuk peluang dalam pengembangan di Indonesia sendiri sudah terbuka. Ruang publik yang mengakomodir untuk perempuan berkarya, memberikan aspirasi, ruang gerak untuk perempuan, potensi apa yang bisa dihasilkan. Bukan hanya sekedar penampilan karena selama ini hanya dinilai index fisik saja bahwa perempuan harus cantik.”
Tantangan lain adalah literasi digital. Diungkapkan oleh penggemar baca buku, tidur dan merapikan kain ini, banyak perempuan yang menjadi korban dari kemajuan digital. Literasi digital ini menjadi poin penting karena perempuan menjadi tahu bagaimana mereka berkarya, karyanya dilindungi dan berekspresi.
“Literasi digital ini tidak hanya seperti sudah 17 tahun atau sudah dewasa, tapi sedari dini. Memahami bagaimana menggunakan tools digital ini dengan cara positif dan menghasilkan sesuatu yang baik. Pemahaman ini tidak hanya di satu daerah tapi di seluruh Indonesia.”
Menurut Stephanie, pemahaman literasi digital jika dimanfaatkan dengan baik dapat membantu terutama dalam bisnis. Untuk bisnis UMKM, digitalisasi ini dapat diberdayakan terutama dalam marketing, memperkenalkan situasi yang ada dan apa yang sedang dikerjakan. Pemanfaatan literasi digital berguna dalam mengenalkan produk-produk seni dan membantu dalam koordinasi, menyusun kegiatan, perencanaan serta eksekusi. “Harapan kami bersama Indonesia damai bisa menjangkau perempuan di daerah-daerah. Mendengar suara-suara hati keinginan mereka untuk mendapatkan perhatian.”
Resolusi 2024
Bagi Stephanie, banyak tantangan dan perjuangan yang dilalui di tahun 2023. Ia pun bersyukur bisa melalui tahun 2023 dengan baik, salah satunya bisa menyelenggarakan pameran tunggal di Dharmawangsa Hotel serta pameran di Korea Selatan. “Produk kita juga terpilih untuk dipakai Ibu Negara 2 kali, waktu KTT Asean di Labuan Bajo untuk post program dan juga saat Ibu Negara menerima Kaisar Jepang di Istana Bogor. Pencapaian itu saya rasakan sangat luar biasa,” tuturnya bangga.
Saat ini Stephanie juga cukup aktif di industri tambang, bekerja bersama kolega dan menjadi pengurus serta aktif kegiatan di organisasi untuk mendorong perkembangan industri tambang. “Jadi selain industri tambang tetap jalan, ada pameran tunggal juga. Produk saya dipakai Ibu Negara dan pameran di mancanegara seperti di Korea Selatan. Achievement untuk Tinung Rambu yang paling saya syukuri yaitu galeri kain Anagata Wastra yang bisa menyediakan ratusan pilihan ragam kain tenun bagi customer.”
Stephanie bersyukur berbagai tantangan termasuk dari sisi mental dan keuangan bisa dilalui. Ia pun berharap di tahun 2024 ini bisa lebih baik lagi hasilnya. “Suka duka yang kami lalui bisa bermanfaat ke depan untuk membangun hal yang lebih baik lagi dan juga bisa menjadi pelajaran. Berharap karier saya di industri tambang bisa berkembang lebih baik dan bisa mendukung lebih positif. Saya bisa support para lulusan fresh graduate dan mempersiapkan mereka masuk dunia kerja. Saya juga ingin Tinung Rambu bisa go international secara full. Kalau sebelumnya hanya satu dua, saya ingin semua koleksi bisa full go international di New York atau Paris untuk pamerkan karya para Mamah yang dibuat secara handmade dan bisa dipakai di segala kesempatan baik pria maupun wanita.”
Selain itu Stephanie juga berharap pembangunan gedung sekolah PAUD bisa terealisasi di tahun 2024 ini. Ia juga ingin merintis usaha baru di bidang linen. “Harapan saya semoga berjalan lancar, Indonesia damai dan bisa support pekerjaan saya baik di tambang maupun UMKM. Semoga ada banyak terobosan di Tinung Rambu, bisa mendirikan banyak sekolah PAUD dan mungkin bisa menginisiasi tempat pengembangan tenun yang baru dan juga beasiswa untuk anak-anak SMA dan mahasiswa,” harapnya semangat.
Lakukan yang Terbaik Selebihnya Serahkan pada Tuhan
Kunci sukses dalam bekerja, menurut Stephanie adalah berpegang teguh kepada Sang Pencipta. Apa pun yang dikerjakan, jangan pernah mengingkari Tuhan. Tekun apa yang dilakukan, menjadi diri sendiri dan menyerahkan segala sesuatunya kepada Tuhan.
“Saya kerjakan yang menjadi bagian saya dengan cara terbaik. Gagal atau berhasil itu adalah bonus. Pada akhirnya kita sebenarnya sekarang mengerjakan antrean kita. Menunggu dipanggil saja, jadi kita memberikan yang terbaik. Lelah itu pasti, tetapi kita tetap harus yakin.”
Stephanie berusaha menjalani fenomena yang terjadi seperti air mengalir. Ia hanya berserah sepenuh hati kepada Sang Pencipta dan berusaha memiliki support system yang luar biasa.
“Support system saya saat ini adalah pasangan saya karena saya ketemu sama suami waktu semester dua. Saya belajar banyak dan juga dari teman-teman saya yang kenal. Support system itu bisa siapa saja, tapi yang jelas kita harus percaya dan yakin. Kalau pun kita kalah atau gagal, kita bisa kembali untuk di sini.”
Stephanie termasuk perempuan yang beruntung memiliki pasangan hidup atau suami yang begitu perhatian dan pengertian. Dukungan diberikan satu sama lain dan tidak pernah melarang ketika ia fokus bekerja dan melakukan kegiatan sosial.
“Ada fasenya kadang suami suka nanya. Misalnya kamu tidak pulang-pulang? Berarti saya pulang dulu. Tapi so far suami sangat mendukung saya dan sebaliknya saya mendukung dia dengan pekerjaannya. Suami selalu melihat apa yang saya kerjakan, selama saya memahami batasan yang diberikan semua berjalan dengan lancar.”