MajalahKebaya.com, Jakarta – Jatuh cinta di dunia kesehatan dan memiliki dedikasi untuk memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat khususnya di bidang gizi berhasil mengantarkan dr. Cut Hafiah Halidha Nilanda, SpGK, FINEM, Dokter Spesialis Gizi Klinik, konsisten mengembangkan ilmunya sehingga bermanfaat bagi banyak orang. Awalnya dr. Cut tertarik di bidang gizi karena mencintai olahraga dan sudah menerapkan pola makan sehat. Ia juga disarankan teman-teman SMA untuk menekuni bidang gizi sesuai dengan penampilan dan kebiasaan yang sudah diterapkannya sehari-hari.
“Karier saya saat ini memang passion, tapi memang secara tidak disengaja. Kalau jadi dokter itu passion saya yang juga ditumpuk dengan ambisi orang tua. Awalnya saya sempat mendaftar di Rehabilitasi Medik karena saya suka sekali olahraga, tapi saya tidak diterima dan memutuskan untuk menekuni bidang gizi.”
Perempuan kelahiran Jakarta, 24 Agustus 1985 ini, menempuh pendidikan S1 Kedokteran di Universitas Yarsi, S2 Gizi Klinik di Universitas Indonesia, Fellowship In Nutrition And Environmental Med Soukhya India, Sport Nutrition Paifori Bandung dan National Academy Of Sport Medicine (NASM) US. Ilmu pengetahuan yang diperoleh selama belajar menjadi semangat dr. Cut untuk mendampingi masyarakat yang ingin mempertahankan kesehatan tubuh dan berat badan ideal dengan pola makan gizi seimbang serta kebiasaan berolahraga.
“Karena saya basicnya suka olahraga jadi saya mengambil fellowship pertama itu tentang mikro nutrisi di India dan Vietnam. Lalu saya mengambil sport nutrition di Paifori Bandung karena saya suka sama olahraga. Semua pendidikan saya lanjutkan karena berhubungan dengan nutrisi dan olahraga sampai akhirnya saya memiliki passion untuk memberikan edukasi kepada masyarakat agar memiliki pola makan sehat dan kebiasaan sehat.”
Kunci Kesuksesan. Doa ibu merupakan kunci kesuksesan yang berharga bagi perjalanan karier perempuan yang hobi lari, traveling, olahraga, mengurus keluarga dan mengisi seminar gizi ini. Ketika ada masalah yang sulit terpecahkan, ia akan datang dan menangis ke Ibunda tercinta untuk didoakan agar dimudahkan segala urusan. Selain itu, kegigihan dalam mewujudkan sesuatu yang ingin diraih tidak lepas dari usaha dan kerja keras sesuai kompetensi yang dimiliki secara maksimal.
Dokter Cut bersyukur mendapat pendampingan terbaik dari Sang Ayah yang memiliki sifat ambisius dan pantang menyerah. Ayahnya menerapkan prinsip bahwa untuk mencapai sesuatu yang maksimal, maka diperlukan proses yang tidak mudah.
“Bagaimanapun keadaannya ketika ingin mencapai target yang diinginkan diperlukan perjuangan dan kerja keras. Ini pun sejalan dengan harapan atau rencana saya ingin belajar bisnis lagi dan mengembangkan bisnis restoran yang sudah ada. Tentunya dengan proses yang tidak mudah demi hasil terbaik.”
Positif Menyelami Dunia Digital. Kreativitas dari informasi digital pada era sekarang merupakan situasi yang tidak dapat diabaikan. Sebagai generasi muda yang sedang berkembang, masyarakat membutuhkan kreativitas dan mengetahui inovasi digital yang inovatif, sehingga dalam mencari pekerjaan atau menuntut ilmu tidak mengalami hambatan. Setiap orang dituntut memiliki kreativitas lebih dibandingkan dengan yang lain.
“Berbeda dengan zaman dulu yang membutuhkan proses, cara yang lebih tinggi atau modal yang lebih besar untuk mewujudkan kreativitas serta inovasi yang dimiliki.”
Di era globalisasi zaman sekarang, menurut dr. Cut harus mampu bersaing dan memiliki kemampuan yang diolah dari dalam diri untuk meningkatkan kreativitas agar dapat bersaing di segala bidang khususnya di dunia kesehatan yang berhubungan erat dengan masyarakat untuk berinovasi dalam memberikan pelayanan paripurna.
“Kita harus memiliki kemampuan terutama dari segi sosial atau kebudayaan. Jadi jangan sampai kebudayaan kita yang dimiliki itu tergantikan dengan kebudayaan Barat yang dianggap lebih canggih. Boleh kita ambil yang bagus-bagus supaya kita lebih maju, tetapi ciri khas kita dari segi budaya dan sosial tetap dipertahankan.”
Gaya Hidup Sehat dan Pola Makan Seimbang. Bangun jam tiga pagi untuk sholat lalu dilanjutkan dengan olahraga treadmill, makan cokelat dan minum kopi di rumah merupakan rutinitas pagi yang menyehatkan dan menambah semangat. Biasanya dr. Cut selesai olahraga Pkl 04.00 dan langsung menyiapkan kebutuhan anak-anak.
“Saya makan roti, kopi, pisang dan minum susu. Untuk jam snack, saya sudah di jalan atau di mobil. Jadi saya selalu membawa buah-buahan di mobil. Jam 11 atau 12, saya makan siang dengan menu nasi merah. Jam 3, saya minum kopi dan makan cookies karena masuk jam rawan konsentrasi turun. Kalau sudah di rumah, saya makan dengan suami. Menunya sederhana seperti buah dan yoghurt.”
Selain mempertahankan pola hidup seimbang, dr. Cut menjaga kesehatan mentalnya dengan bersosialisasi dan menghabiskan waktu bersama keluarga. Ia mengajak keluarga jalan-jalan ke Bali untuk staycation dan menemani anak-anak menikmati suasana pantai. Sementara ia lebih memilih minum kopi dan berkumpul dengan teman dekat sebulan sekali dibandingkan mengikuti kegiatan arisan.
“Saya lebih senang berolahraga dan menjadi anggota Ikatan Dokter Indonesia Bekasi dibandingkan mengikuti arisan. Saya aktif ikut lari 5 km, 10 km dan 21 km. Lebih sering juga menghabiskan waktu untuk treadmill di rumah bersama anak-anak.”
Dukungan Penuh Keluarga Tercinta. dr. Cut bersyukur suaminya, Ahmad Fauzan yang berprofesi sebagai Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah serta ketiga buah hati tercinta yang bernama Thaya (11 tahun), Manda (6 Tahun) dan Dio (4 tahun) selalu mendukung sepenuh hati kariernya sebagai dokter yang setia memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat. Bentuk dukungan yang diberikan suami dengan mengingatkan segala sesuatunya jika ada yang terlewat. Suami juga mengingatkan kodratnya sebagai ibu dan istri, meskipun berkarier penuh sebagai dokter.
“Sebenarnya saya ingin sekali jadi dosen, tapi tidak ada waktu lagi. Saya suka sekali seminar atau acara talk show. Saya suka dunia edukasi, tapi saya tau porsi saya sekarang. Jadinya setiap Sabtu menjadi waktu kumpul keluarga.”
Keseteraan Gender dan Semangat Perempuan.Kesetaraan gender dan kesetaraan dari segi kompetisi sudah mulai menipis. Namun yang masih terlihat di lingkungan Rumah Sakit adalah kompetisi. Menurut dr. Cut, kesetaraan bidang profesi dan kompetisi merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan untuk memaksimalkan potensi diri. Sebagai perempuan, yang perlu diperhatikan tentang komitmen untuk tidak melupakan kodrat dan tidak takut mencoba.
“Ketakutan untuk mencoba membuat kita tidak dapat melangkah. Misalnya ada ibu rumah tangga yang ingin berjualan, tapi tidak punya modal, maka bisa mencoba dengan modal yang paling rendah. Jangan takut mencoba hal yang bukan bidang kita. Misalnya kita melihat peluang dan mencoba hal baru. Jangan takut gagal dan harus bisa membagi waktu agar semuanya berjalan seimbang.”