MajalahKebaya.com, Jakarta – UMKM dan Ingrid Kansil nyaris sulit dipisahkan, terlebih pada tahun 2009, suaminya Syarifuddin Hasan menjadi Menteri Koperasi dan UMKM di era pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), maka UMKM menjadi ‘makanan’ sehari-hari. “Setidaknya saya pahamlah, suka-duka dunia UMKM,” jelas wanita cantik dan enerjik yang bernama lengkap Ingrid Maria Palupi Kansil, S.Sos.
Menurut Ingrid, UMKM harus terus mendapat perhatian pemerintah mengingat potensinya cukup bagus bagi perekonomian Indonesia. Sebagai pelaku UMKM, Ingrid selalu memberi peluang bagi pelaku-pelaku UMKM di seluruh pelosok tanah air untuk meningkatkan produksi dan pemasarannya. Seperti yang saat ini Ingrid lakukan, ketika membangun hotel berbintang empat di tanah kelahirannya Cianjur, ia berusaha melibatkan pelaku UMKM lokal.
“Saya mendisplay hasil karya teman-teman UMKM di hotel saya berupa batik, kerajinan tangan maupun oleh-oleh atau kuliner. Semua saya beli putus,” ujar Sarjana Institut Ilmu Sosial Politik yang sangat terampil ini. Selalu melibatkan masyarakat setempat memang harapannya setiap membangun usaha. Seperti ketika membangun Hotel Gino Feruci yang merupakan hotel francise, Ingrid melibatkan masyarakat Cianjur untuk menjadi karyawan di hotel tersebut. “Jadi, saya berusaha membuka lapangan kerja baru buat warga Cianjur,” ujarnya.
Ungkapan Cinta Pada Kota Kelahiran
Kecintaannya terhadap Cianjur memang luar biasa, tak hanya berusaha meningkatkan UMKM setempat, Ingrid juga berusaha memperkenalkan sejarah Cianjur sejak dahulu hingga kini kepada pengunjung hotel dengan menampilkan foto-foto kuno tentang wilayah Cianjur. “Pokoknya dari Cianjur jaman baheula ada di dinding hotel saya, ada juga Istana Cianjur, bahkan Sungai Citarum yang legend itu juga ada. Semua foto saya dapatkan dari paman saya, seorang budayawan terkemuka di Cianjur,” jelas ibu berputra satu dari pernikahannya dengan Syarifuddin Hasan ini.
Menyinggung hotel dengan nama berbau asing, Gino Feruci, Ingrid mengaku tak bisa diubah karena francise. Namun sebenarnya nama itu bisa dijadikan sebuah singkatan yang kepanjangannya Garda Informasi Ekonomi Kreatif Cianjur. Jadi tamu hotel tak hanya bisa melihat sejarah Cianjur tapi juga antara lain batik Cianjur.
Tentang batik Cianjur, Ingrid memang ingin menaikkan popularitas batik Cianjur mengingat tak kalah bagus dengan batik-batik lain di tanah air. Ada yang namannya gentur, beasan atau beras, dan lainnya. Ingrid berusaha melakukan pembinaan pada pengrajinnya. Bahkan sebagai desainer, Ingrid juga memakai bahan mentahannya untuk didesain menjadi baju dan dijual di butiknya.
Edukasi Perempuan Pelaku UMKM
Ingrid yang lahir di Cianjur, 9 November 1974 dan mengawali karier sebagai bintang iklan, artis sinetron, pengusaha hingga akhirnya terjun menjadi politisi, juga membina sebuah organisasi yakni Ikatakan Pengusaha Muslimah Indonesia (IPEMI) yang 80 persen pelakunya adalah UMKM.
Dijelaskan oleh Ingrid, IPEMI merupakan sebuah wadah yang berfungsi menularkan virus-virus kewirausahaan kepada para perempuan dari tingkat RT hingga pusat. Selain itu juga memberi kebebasan bagi pelaku usaha khususnya UMKM untuk mengembangkan usahanya. “Jadi sosialisasi IPEMI harus sampai ke masyarakat bawah, mereka kita bina, jika ada masalah kita berusaha membantu, jika ada kendala kita cari solusinya,” ujar Ingrid.
“Saat ini IPEMI sudah tersebar ke-35 provinsi dan 380 kota kabupaten bahkan hingga tingkat kecamatan dan pedesaan. Kegiatan kami adalah melakukan pembinaan bagi kaum perempuan atau muslimah dalam bidang usaha. Saat saya terjun ke pedesaan saya melihat bahwa sebenarnya banyak perempuan ingin membuka usaha untuk membantu ekonomi keluarga, tapi bingung mau usaha apa? Nah, kami dari IPEMI berusaha membantu dengan melihat potensi yang ada pada diri mereka,” jelas Ingrid yang pernah menjadi Anggota DPR RI periode 2009 – 2011 dan duduk di Komisi 8, yang antara lain membidangi pemberdayaan perempuan.
IPEMI tidak hanya memberikan teori tapi juga terjun langsung ke lapangan, ikut melakukan pembinaan, memberi edukasi sampai lingkungan RT maupun RW setempat. Di sini banyak ditemukan masalah seperti ada perempuan yang ingin membuka usaha tapi suami melarang keluar rumah, harus di dalam rumah atau lingkungan dekat rumah. Terhadap kondisi ini, Ingrid tak boleh putus asa, dia harus bisa memberi contoh.
“Contohnya seperti yang pernah saya lakukan. Dulu, sebelum suami terjun ke politik, beliau adalah pengusaha yang ke mana-mana pasti mengenakan produk ternama, branded seperti merek Versace, Gucci, dan lainnya. Setelah terjun ke politik dan menjadi Menteri Koperasi dan UMKM, tentunya barang-barang bermerek tidak layak lagi dipakai, beliau harus pakai produk lokal, nah sebagai istri saya harus berpikir keras bagaimana menciptakan semua itu, makanya terpikir oleh saya untuk menggantikan dasi bermerek beliau dengan dasi batik,” cerita Ingrid.
Dasi batik juga sering menjadi gift yang diberikan Ingrid ke tamu-tamu negara seperti Duta Besar dan ternyata sangat diminati. Ingrid pun mengajak perempuan pelaku UMKM untuk mengembangkan kreativitas dasi batik agar bisa diterima masyarakat. Pak Syarief, sang suami, juga sangat menyukai dasi batik sehingga sering mengenakannya.
“Jadi, kita harus kreatif dan inovatif, tidak bisa keluar rumah, di dalam rumah pun kita bisa berkarya. Bahkan jualan pun tidak usah harus pergi jauh dari rumah, dengan menguasai media sosial saja kita bisa menjual produk kita. Untuk itu para perempuan harus melek digital, tidak boleh gaptek karena makin ke depan, salah satu tantangan kita adalah menguasai dunia digital,” tambah Ingrid bersemangat.
Terjun ke Masyarakat, Tinggalkan Dunia Artis
Ibu dari Ziankha Amorette Fatimah Syarief ini wajahnya pasti sudah tak asing lagi bagi pencinta dunia sinetron karena beberapa sinetron pernah ia bintangi. Namun, sejak terjun ke dunia politik semua harus ditanggalkan. “Dunia politik kerjanya tak boleh disambi, kita harus terjun langsung ke masyarakat, melihat langsung apa yang terjadi di masyarakat, mendengar berbagai keluhan dan keinginan mereka, namanya juga Wakil Rakyat, jadi harus terus bersama rakyat,” ujar Inggrid.
Pekerjaan itu ternyata mengasyikkan dan banyak menimbulkan inspirasi bagi Ingrid. ”Kita jadi tahu apa yang terjadi di masyarakat terutama kaum perempuan,” ungkapnya. Meski pernah gagal di Pilkada tahun 2014, tak membuat Ingrid patah semangat untuk memperhatikan dan memperjuangkan apa yang dibutuhkan oleh kaum perempuan Indonesia. Dia sangat ingin para perempuan terutama pelaku UMKM terus meningkat dan membantu ekonomi rumahtangganya.
Penyuka busana kebaya ini juga berharap agar kebaya diakui dunia sebagai warisan budaya bangsa Indonesia. “Seperti batik yang sudah diakui oleh UNESCO tahun 2009 sebagai warisan budaya bangsa Indonesia, saya ingin sekali kebaya juga diakui. Karena kebaya itu, seperti kebaya kutu baru merupakan busana wanita sehari-hari di Jawa, sayang sekali kalau tidak dilestarikan,” jelasnya.
Selaras dengan itu, Ingrid berusaha mengajak wanita Indonesia untuk melestarikan kebaya. Ia bangga dengan telah ditetapkannya tanggal 24 Juli sebagai Hari Kebaya Nasional. Dengan demikian, wanita Indonesia akan lebih bersemangat mengenakan kebaya yang ada di berbagai pelosok tanah air. “Untuk yang berhijab, jangan menjadi kendala dengan tidak menggunakan kebaya karena kebaya saat ini juga banyak dirancang untuk kaum muslimah,” ungkapnya.
Dari Memotivasi hingga Termotivasi
Terlanjur basah terjun ke masyarakat membuat Ingrid betah dan sulit menarik diri lagi meski bangku legislatif tidak didudukinya lagi. Ingrid begitu peduli pada apa yang terjadi di masyarakat. Selain bisa memotivasi, ia pun kadang termotivasi dengan apa yang dilakukan masyarakat dalam membangun bisnis. Seperti saat berkunjung ke Ternate – Maluku, ada penjual kelontong yang karena ketekunannya berusaha bisa membangun sebuah hotel. Tentu saja ini bisa menginspirasi banyak orang.
Melalui IPEMI, pelaku UMKM banyak mendapat ilmu dan juga manfaat yang luar biasa. Ingrid menjelaskan, saat ini IPEMI telah merambah ke 18 negara sehingga memberi kesempatan para pelaku UMKM untuk mempromosikan produk-produknya di negara-negara tersebut.
Tahun 2023, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Tokyo melakukan promosi seni, budaya, perdagangan dan pariwisata Indonesia di Jepang. Dalam kegiatan ini, IPEMI Jepang melakukan promosi terpadu perdagangan, investasi dan pariwisata yang didalamnya menampilkan kebudayaan. Ekonomi Indonesia bisa melaju pesat karena melibatkan diaspora secara aktif. Peran diaspora dalam ekonomi dapat sebagai agen, investor maupun pelaku usaha.
Dalam kesempatan itu, Ingrid berharap, Ketua Dharma Wanita KBRI Tokyo yang juga sekaligus Pembina IPEMI Jepang, agar IPEMI Jepang terus aktif menjadi wadah diaspora Indonesia di Jepang dalam berkarya membawa harum nama bangsa. Ingrid nerharap IPEMI Jepang ke depan terus aktif menjadi wadah komunikasi dan pengembangan kapasitas perempuan muslim di Jepang dalam berbagai kegiatan.
“Kegiatan seperti ini tak hanya di IPEMI Jepang, tapi juga sudah dilakukan di Turki, Brunei, dan Malaysia,” jelas Ingrid.
Bukti Cinta dan Peduli Pada Tanah Kelahiran
Ingrid membangun hotel dengan 100 kamar di Cianjur bukan tanpa alasan yang mendasari. Ia melihat ternyata di Cianjur tidak ada hotel, hanya ada di daerah Cipanas, padahal banyak orang ingin menginap di Cianjur. Posisi Cianjur yang terletak di jalur potensial bisnis maupun wisata dari dan ke arah Bandung maupun Kawasan Puncak, Bogor, merupakan pasar yang sangat menjanjikan. Dengan membangun hotel di atas tanahnya sendiri, Ingrid berharap selain membuka peluang kerja bagi masyarakat sekitar juga meningkatkan pariwisata lokal.
“Awalnya mau membangun Rumah Sakit tapi karena kami bukan keluarga dokter dan tak paham banyak masalah medis, akhirnya keinginan itu saya gugurkan dan sepertinya membangun hotel lebih baik,” cerita Ingrid. Pembangunan hotel juga sebagai bukti cinta Ingrid untuk tanah kelahiran tercinta.
Selain menekuni bisnis perhotelan, Ingrid tetap menjadi pelaku UMKM busana muslim. Sebelum terjun ke kancah politik, ia pernah menjual hijab. Permintaan hijab sangat banyak, prospek usaha pun sangat bagus ke depan, dan Ingrid sering mengikuti berbagai pameran bersama para pelaku UMKM lain. Namun setelah menjadi Anggota DPR, Ingrid lebih fokus bekerja sebagai Anggota Parlemen.