Profil

Devi Desianti Pritasari, Tekad Kuat Mengembangkan Klinik Se-Indonesia

MajalahKebaya.com, Jakarta – Berbagai terobosan dan inovasi yang dilakukan Devi Desianti Pritasari, SE.,MARS mampu membawa perubahan yang lebih baik bagi kinerja KLINIK PERTAMINA IHC – PT Pertamina Bina Medika IHC.  Enam bulan pertama memimpin klinik, ia berhasil membawa klinik PERTAMINA IHC yang sebelumnya selalu merugi justru memperoleh laba miliaran dan pendapatannya terus bergerak naik. Bahkan setelah pandemi berakhir, Klinik PERTAMINA IHC terus bertumbuh secara jumlah maupun kinerja keuangan. Ia pun ingin memperluas jangkau layanan Klinik Pertamina IHC dengan membuka Klinik Pertamina IHC di seluruh wilayah Indonesia, turut membangun ketahanan kesehatan di Indonesia.

Sebagai Direktur Klinik Pertamina IHC – PT Pertamina Bina Medika IHC, Devi Desianti Pritasari memiliki tanggung jawab besar untuk mewujudkan visi dan misi PT Pertamina Bina Medika, yakni anak perusahaan Pertamina yang bergerak di bidang jasa layanan kesehatan. “Misi kita membuka seluruh Klinik Pertamina IHC di seluruh Indonesia, saat ini baru ada 42 klinik dan akan tambah 6 klinik tahun ini. Saya ingin klinik kita ada di seluruh kota dan seluruh daerah yang fasilitas kesehatannya kurang baik. Visi kita membangun ketahanan kesehatan Indonesia dengan cara mengintegrasikan seluruh jejaring klinik yang ada di seluruh Indonesia,” papar wanita cantik kelahiran Bandung, 11 Desember  ini.

Devi ingin melakukan perubahan yang lebih baik di perusahaan untuk mencapai visi dan misi Klinik Pertamina IHC – PT Pertamina Bina Medika IHC dalam waktu cepat. Ia terbiasa melakukan pekerjaan dengan cepat berkat didikan ibunya sejak masih kecil. Saat masih kuliah, sambil bekerja Ia bisa menyelesaikan kuliah secara cepat. “Setelah 3,5 tahun kuliah saya lulus S1. Saya hanya perlu waktu 6 bulan mengerjakan skripsi, lalu ambil S2 dan lulus dalam waktu 1,5 tahun. Ayah sambung saya meninggal sebelum saya menyelesaikan S2, dan sebagai anak pertama dari 4 bersaudara saya harus siap menjadi tulang punggung keluarga. Alhamdulillah sekarang adik-adik saya sudah bekerja, tinggal membesarkan anak saja,” ungkapnya.

Devi pertama kali mengenal pengelolaan Rumah Sakit ketika residensi, menyelesaikan tugas sekolah dan thesis S2 di RS PERTAMINA Cirebon. Ketika itu, ia  bertemu dengan Direktur RS PERTAMINA Balikpapan yang menawarkan pekerjaan sebagai Kepala Humas dan Pemasaran di RS PERTAMINA Balikpapan. “Saat itu usia saya baru 23 tahun, belum lulus S2 dan sedang thesis, belum pernah sama sekali keluar Pulau Jawa. Balikpapan- Kalimantan Timur tahun 2003 belum seramai sekarang, namun saya ambil kesempatan itu, sambil sekolah saya bekerja,” kenangnya.

Meski masih berstatus sebagai mahasiswi S2, Devi senantiasa bersikap profesional. Ia yang memang seorang pekerja keras, tidak pernah mempertanyakan penugasan atau menolak pekerjaan. “Saya terus bekerja membangun brand RS PERTAMINA Balikpapan menjadi market leader dan meningkatkan jumlah pelanggan perusahaan secara signifikan. Sehingga RS tersebut bisa melakukan investasi dan pengembangan,” tegasnya.

Hari Sabtu dan Minggu bahkan Devi gunakan untuk menggelar pameran dan menghadiri acara-acara komunitas guna memperbanyak networking. “Di masa itu tidak banyak hiburan, jadi saya menjadikan aktivitas bekerja dan teman kerja sebagai pelipur lara jauh dari rumah, saya menganggap pelanggan perusahaan sebagai keluarga sehingga tercipta customer intimacy yang bermanfaat dalam kebaikan karier saya,” tuturnya.

Buah kerja keras Devi pun mulai menampakkan hasil manakala di tahun kelima bekerja, ia dipromosikan sebagai Kepala Manajemen Bisnis Pertamedika Medical Center, Jakarta. Jabatan setara Wakil Direktur tersebut diemban Devi selama 3 tahun. Karena korporasi memutuskan untuk memindahkannya ke Divisi Pemasaran korporat PT PERTAMINA BINA MEDIKA, yakni anak perusahaan PERTAMINA yang bergerak di bidang jasa layanan kesehatan. Anak perusahaan PERTAMINA yang kini bernama PERTAMEDIKA IHC merupakan holding Rumah Sakit yang mengelola 38 Rumah Sakit dan lebih dari 68 Klinik.

Dengan kemampuan manajerialnya, di masa pandemi COVID-19 lalu, Devi pun menjadi orang pertama dari kalangan nondokter yang didaulat sebagai Direktur Klinik PERTAMINA IHC – PT Pertamina Bina Medika IHC.

 Ciptakan Inovasi dan Terobosan Baru. Amanah sebagai Direktur Klinik Pertamina IHC bagi Devi merupakan tanggung jawab yang cukup menantang, apalagi saat ia dilantik bersamaan dengan awal pandemi COVID-19. Dr Fathema Djan Rahmat, yang saat itu menjabat sebagai Dirut Pertamedika IHC mempercayakan jabatan Direktur Klinik kepadanya untuk mengelola 21 Klinik yang mengalami kerugian sebelum pandemi hadir. Dan di awal masa pandemi banyak dokter merasa takut untuk membuka layanan, karena belum banyak yang memiliki Alat Pelindung Diri (APD).

Bermodalkan ruangan bekas gudang di sebuah klinik, Devi membangun head office dan menggelar town hall secara daring (dalam jaringan), untuk menjelaskan visi serta misinya. “Saya memberikan motivasi untuk menjadikan pekerjaan sebagai ibadah. Terlebih di masa COVID-19, tenaga medis mendapatkan kesempatan emas mendulang pahala seperti mengikuti jihad, karena saat melayani dan membantu pasien, tenaga medis berhadapan dengan kematian,” tambahnya.

Di tangan Devi, transformasi Klinik PERTAMINA IHC terjadi. Dimulai dengan mengubah standardisasi branding dan tampilan fisik klinik. Ia membuat Klinik-Klinik PERTAMINA IHC menarik, terlihat bersih dan nyaman serta dilengkapi dengan teknologi yang dibutuhkan pasien. “Dua minggu studi banding ke Amerika, tepatnya di Mayo Clinic, saya belajar bahwa ketulusan pelayanan, suasana yang nyaman dan asri, ruangan perawatan dengan interior yang ditata apik dapat mempercepat proses penyembuhan pasien. Saya pun lakukan perbaikan di semua Klinik PERTAMINA IHC,” paparnya.

Demi meningkatkan kinerja perusahaan, secara bertahap Devi menambah jumlah klinik, serta mengembangkan klinik baru di BSD, Cibubur, Gandaria dan Prabumulih. “Di tahun 2024 ini,  kami juga telah membuka klinik di Balikpapan, Tanjung, dan Indramayu . Klinik Pertamina IHC terus melakukan inovasi produk yang memudahkan pelanggan seperti PORTAL rujukan, sehingga pasien bisa mengakses dokter spesialis di RS dari klinik kami dengan videocam,” terang perempuan berhijab ini.

Dari inovasi dan terobosan baru yang diluncurkan, Devi mampu mengubah ancaman COVID-19 menjadi peluang. Enam bulan pertama memimpin klinik, ia berhasil membawa Klinik PERTAMINA IHC yang sebelumnya selalu merugi justru memperoleh laba miliaran dan pendapatannya terus bergerak naik. Bahkan setelah pandemi berakhir, Klinik PERTAMINA IHC terus bertumbuh secara jumlah maupun secara kinerja keuangan. “Di tahun 2021 jumlah Klinik PERTAMINA IHC sebanyak 21, di tahun 2023 jumlahnya menjadi 42 klinik dan tahun ini kami merencanakan membuka 6 klinik baru di kota-kota besar di Indonesia dengan modal sendiri dan berkolaborasi, total klinik kami akan berjumlah 48,” imbuh Devi.

Berkat tangan dinginnya dalam mengembangkan klinik dan melakukan transformasi, sederet prestasi membanggakan pernah disabet Devi. Di lingkungan internal perusahaan, Klinik PERTAMINA IHC meraih penghargaan ‘Pencapaian EBITDA Terbaik’, Pemenang Kompetisi Direktorat Operasi Pertamedika IHC tahun 2021 dan “TOP 5 Performa of The Year”  tahun 2022.

Selain itu, Devi juga dianugerahi penghargaan dari Global Youth Leadership Award 2023 di Dubai  untuk pemberdayaan energi muda dalam melakukan transformasi dan sebagai Juara Pertama Leader Core Value AKHLAK Level GM dari PT.PERTAMINA (Persero) tahun 2022.

“Secara kinerja keuangan, bisnis yang saya kelola yaitu Klinik PERTAMINA IHC, pendapatannya pernah naik di tahun tertentu sampai dengan dua kali lipat, dan perolehan EBITDA margin di atas rata-rata bisnis Rumah Sakit,” ungkapnya, bangga.

Ingin Menyejahterakan Karyawan. Menurut Devi, ayah sambungnya yang berprofesi sebagai Dokter Umum memotivasi anak-anaknya untuk menjadi dokter, tapi tidak ada yang tertarik. Devi melihat kehidupan dokter yang sebenarnya itu penuh pengabdian yang akan menyita waktu berkeluarga.

“Ayah saya dibayar pakai klitikan (kue) saja mau, tergantung siapa yang datang. Orang zaman dulu kalau  ke dokter tidak tanya tarif karena memang tidak ada tarif. Obatnya pun kita racik sendiri. Kalau zaman sekarang kan ke apotek. Jadi dulu kalau adanya uang semampunya ya sudah seratus ribu sama obat-obatnya, ada yang cuma punya keripik ya dibayar pakai keripik. Itu pengabdian seorang dokter. Dan tidak boleh jam 12 ada yang ketok pintu lalu bilang sebentar ya dokternya lagi tidur. Suatu saat pernah kami lagi liburan ke Kuningan dan ayah saya tiba-tiba harus kembali ke Cirebon karena ada pasien,” papar lulusan S2 Manajemen Rumah Sakit –Universitas Indonesia – Jakarta ini.

Sebagai pimpinan, Devi menyadari waktu untuk me time sangat sedikit. Ia pun berusaha memanfaatkan waktu luang dengan membaca buku, mendengarkan musik atau pergi ke spa, berenang. Baginya, olahraga itu penting dan ia menyempatkan diri untuk fitness di kantor.

“Tidak mungkin mengharapkan worklife balance kalau sebagai pemimpin, karena hakekatnya seorang pemimpin harus berkorban waktu, energi, harta. Jadi pemimpin yang benar seperti Rosululloh tidak menumpuk harta, pemimpin itu ada rezeki yang paling bawah.  Pemimpin yang benar itu tidak mungkin kaya, gaji kita 50% pasti buat orang lain,” tandas aktivis organisasi wanita yang bergerak dibidang pemberdayaan perempuan ini.

Devi bersikap tegas tetapi sangat menyayangi anak buahnya. Ia pun memiliki kepedulian besar terhadap kesejahteraan perwira dan kebahagiaan keluarga mereka, kita harus memikirkan nasib dan masa depan mereka termasuk sopir dan office boy di kantor. Ia menyadari jabatannya sebagai pemimpin adalah untuk menyejahterakan karyawan dan menciptakan pemimpin baru yang meneruskan tugasnya.

“Anak-anak muda harus maju di depan saya, melanjutkan perjuangan untuk membesarkan perusahaan karena I love this company. Kita harus cinta dulu dengan apa yang dikerjakan. Misalnya pada saat pandemi kita berjihad di jalan menolong orang sakit, berjuang membantu, kita berani dan mengorbankan rasa takut kita demi sesama,” tambah Devi yang juga memiliki bakat seni menciptakan “Jingle Pertamedika IHC”.

Bagi Devi, seorang pejabat itu baru sukses kalau bisa memajukan dan menyejahterakan karyawannya. Pada saat seseorang menjadi Menteri atau Presiden, belum bisa dikatakan sukses kalau belum membawa negara ini meraih kemajuan, berubah semakin baik, menyejahterakan rakyat. “Begitu pun saya, pada saat dilantik sebagai Direktur Klinik Pertamina IHC – PT Pertamina Bina Medika IHC tahun 2020 lalu saya merasa takut. Saat di mushola yang kini berubah menjadi masjid Asy Syifa saya cerita sama Allah, mampu tidak saya ya Allah, kalau mampu saya jalankan amanah ini, kalau tidak saya akan mundur. Niat baik, doa, upaya, Insya Allah bertemu orang baik lagi untuk sama-sama sukses,” paparnya bijak.

Kesuksesan Devi dalam karier tak lepas dari doa orang tua dan niat baik bekerja untuk ibadah menafkahi keluarga. “Ibu saya baru meninggal 100 hari kemarin, Insya Allah husnul khotimah setelah berjuang selama 7 tahun melawan kanker,” kenang Devi.

Aktivitas Sosial. Di tengah padatnya kesibukan, Devi juga melakukan aktivitas sosial dengan mengajak anak-anak yatim untuk healing. Devi memiliki kepedulian terhadap anak-anak perempuan yatim korban kekerasan rumah tangga dan pemerkosaan. “Saya bersama perwira Klinik Pertamina IHC suka mengajak anak-anak yatim jalan ke tempat-tempat healing seperti Dufan, berbagi dengan mereka pada moment yang pas seperti Lebaran dan Ramadhan saya yakini bisa membuat hati dan bisnis sehat. Saya senang membuat orang bahagia dan tidak kuat kalau melihat anak anak tersebut susah,” ujar Devi.

Di perusahaan yang dipimpinnya, Devi juga senantiasa terpanggil untuk menjalankan program-program CSR (Corporate Social Responsibilty) PERTAMINA. Buat Devi, memberi dan berbagi kebaikan adalah sesuatu yang mengasyikkan. Beragam kegiatan sosial bahkan telah dilakukan Devi ketika masih duduk di bangku kuliah S1.

“Sewaktu masih kuliah, saya bergabung bersama perhimpunan mahasiswa yang membuat gerakan sosial untuk membantu UMKM mengembangkan usaha. Kami ajarkan mereka cara mendapat pinjaman dari bank sehingga bisa membeli peralatan yang dibutuhkan.  Kami berikan juga pengetahuan tentang akuntansi dan cara memasarkan produk. Secara otomatis ilmu dan pengalaman saya telah terpakai sejak muda,” terang perempuan yang berpengalaman sebagai Sales sebuah percetakan saat masih kuliah S-1.

Bersama CSR PERTAMINA, beragam program telah dilahirkan Devi. Di antaranya meningkatkan skill kader Posyandu melalui penyuluhan cara membuat makanan sehat pencegah stunting anak, pijat bayi hingga senam hamil. Saat memberikan penyuluhan, tim CSR PERTAMINA mendatangi kader-kader Posyandu di kota-kota tempat beroperasinya RS Unit Usaha Pertamedika IHC dan wilayah operasi PERTAMINA.

“Meski hanya bermodalkan tenaga, waktu dan pikiran, saya termotivasi untuk menciptakan program-program kreatif yang dapat membantu masyarakat. Dan nyatanya hal tersebut membuahkan citra positif bagi perusahaan. Dari networking perusahaan sesama pegiat CSR, saya mendapatkan banyak peluang kerja sama layanan kesehatan yang menguntungkan bagi perusahaan yang saya pimpin. Mereka mengirimkan pekerja dan keluarga untuk berobat atau menjalani medical check-up ke Rumah Sakit PERTAMINA di seluruh Indonesia. Itu bermakna kebaikan melahirkan kebaikan, saya semakin bersyukur dan meyakini Allah SWT hadir dalam setiap kebaikan,” tuturnya, bijak.

Info Lebih Lanjut:

Head Office Klinik Pertamina IHC

Jl Sinabung II no 32 AF Kebayoran Baru Jakarta Selatan

Instagram      : @ihc.klinikpertamina @devi_pritasari

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

To Top